Tuesday, January 10, 2017

Contoh Makalah Sikap Perilaku Masyarakat terhadap Media

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Di era modern seperti sekarang ini, media menjadi amat penting bagi setiap elemen masyarakat. Media berkembang menjadi sebuah kebutuhan yang fundamental untuk pemenuhan kebutuhan akan informasi dan komunikasi, bahkan menjadi sebuah gaya hidup bagi masyarakat.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, kami membatasi masalah dengan menggunakan rumusan masalah sebagai berikut.
1.      Bagaimana proses perkembangan media?
2.      Bagaimana pengaruh perkembangan media terhadap masyarakat?
3.      Bagaimana efek sosial komunikasi massa?

1.3  Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan, berikut kami uraikan tujuan dari penulisan makalah ini, yakni sebagai berikut.
1.      Untuk memaparkan proses perkembangan media
2.      Untuk memaparkan pengaruh perkembangan media terhadap masyarakat, serta
3.      Untuk memaparkan efek sosial dari komunikasi massa

1.4  Sistematika Penulisan
Dari pembahasan makalah mengenai Sikap Perilaku Masyarakat terhadap Media, dapat ditarik simpulan bahwa penulisan makalah ini terdiri dari tiga bagian yaitu pembuka, isi, dan akhir. Pembuka diurai lagi menjadi beberapa bagian diantaranya sampul makalah yang berisi judul makalah, dosen pengampu, nama penyusun, logo serta instansi terkait dan tahun pembuatan makalah. Bagian berikutnya adalah kata pengantar serta daftar isi.
Bagian kedua adalah isi makalah yang terdiri dari BAB I (Pendahuluan), berisi latar belakang serta rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini. Lalu BAB II (Pembahasan) berisi uraian-uraian dari rumusan masalah, serta isi dari makalah ini. Selanjutnya BAB III (Simpulan dan Saran) berisi simpulan dan saran mengenai makalah ini dan juga pembaca. Di bagian akhir terdapat Daftar Pustaka sebagai informasi mengenai sumber rujukan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Proses Perkembangan Media
Setiap bentuk media massa memiliki karakteristik masing-masing dalam menyiasati publik dan menyajikan sebuah berita. Melalui karakteristik itu pula, setiap media dapat bekerja sama, saling melengkapi, tetapi juga sekaligus berkompetisi dalam meraih minat masyarakat sebagai sasaran utamanya.
Komunikasi massa memiliki beberapa ciri penting, diantaranya:
1.      komunikasi berlangsung satu arah
2.      komunikator bersifat melembaga
3.      pesan yang disampaikannya bersifat umum
4.      media yang digunakan menimbulkan keserempakan (dapat dibaca/didengar secara serempak)
5.      komunikan bersifat heterogen (beragam)
Fungsi media diantaranya adalah untuk menyiarkan informasi, mendidik, menghibur, serta memengaruhi. Sedangkan efek yang ditimbulkan dari sebuah pesan adalah (1) agar pembacanya menjadi tahu; (2) agar terjadi perubahan sikap dan perilaku terhadap pembaca; dan (3) untuk meningkatkan kualitas intelektual para pembacanya.
Hingga saat ini, pers tetap mendapat julukan the fourth estate (kekuatan keempat) setelah tiga lembaga kekuasaan lainnya dalam proses pemerintahan, yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif yang mampu mengendalikan massa karena kekuasaan formalnya. Sedangkan pers mampu memengaruhi massa karena daya persuasinya yang kuat dan pengaruhnya yang besar kepada masyarakat.
2.1.1    Jurnalistik Media Cetak
Sekurang-kurangnya terdapat tiga jenis media cetak yang beredar di masyarakat, antara lain suart kabar, majalah, dan buku. Sejak masa awal perkembangannya hingga saat ini, ketiga jenis media cetak tersebut telah mengalami berbagai perubahan yang amat besar.
1.      Surat Kabar (Koran)
Pada awal perkembangannya, di Itali, surat kabar, dalam bentuk posted bulletins, tumbuh secara bertahap, mulai dari bentuk yang amat sederhanalembaran-lembaran kertas yang dipublikasikan secara lokalhingga dalam bentuknya seperti yang sekarang dapat dilihat, dengan jumlah halaman yang banyak, serta wilayah distribusi yang luas.
2.      Majalah
Majalah mulai berkembang sejak akhir abad ke-19. Majalah hadir sebagai media hiburan utama karena saat itu, baik radio maupun televise, belum banyak dikenal orang. Selain TV dan radio belum banyak dikenal, juga tidak setiap orang pada saat itu mampu untuk pergi menonton di bioskop.
3.      Buku
Pada awal perkembangannya, buku tidak lebih dari suatu lembaran panjang yang pada kedua ujungnya dipasang kayu kecil, yang memungkinkan lembaran itu dapat dengan mudah dibuka dan digulung. Naskah panjang itu memuat pesan-pesan penulisnya yang ditulis secara bersambung, tanpa terpotong oleh batas halaman, seperti dalam bentuk yang kita lihat sekarang. Meskipun dari segi panjang dan lebarnya lembaran itu sangat bervariasiseperti halnya buku yang memiliki jumlah halaman yang berbeda-bedapada umumnya manuskrip itu dibuat dalam satu gulungan. Lalu, ia berkembang hingga dalam bentuknya seperti yang kini bisa kita nikmati.
2.1.2    Jurnalistik Media Elektronik
Penemuan baru di bidang teknologi komunikasi dan informasi telah mendorong berkembangnya media elektronik. Berbagai kemajuan dan perubahan terjadi dalam percepatan yang semakin meningkat.
1.      Radio
Meskipun media cetak terus melancarkan kegiatannya dalam upaya memengaruhi opini dunia dengan cara mengunjungi jutaan manusia lewat informasi dan hiburan, abad ke-20 mulai mengisyaratkan lahirnya era informasi dan komunikasi elektronik. Kelahiran era baru dunia informasi ini telah mengubah pola konsumsi informasi masyarakat. Kebiasaan konsumen dalam menyantap bahan cetak berubah menjadi menambah waktu lebih lama untuk mendengarkan radio.
Radio memiliki banyak kelebihan, seperti kesederhanaan bentuk (portability) dan kemampuan yang tinggi untuk menjangkau setiap pendengarnya yang sedang melakukan kegiatan lain, bahkan sedang menikmati media massa lainnya. Kini,  sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi-informasi, radio terus berkembang, serta mampu mempertahankan posisinya sebagai the fifth estate (kekuatan kelima) setelah pers dalam tatanan kehidupan sosial.
2.      Televisi
TV mulai diperkenalkan kepada public pada acara Pameran Dunia pada 1939. Perjalanannya terus melaju sehingga pada 1950-an dikenal sebagai “television’s golden era”. TV terus berkembang pesat dan semakin popular di masyarakat. Pada 1960-an, TV telah memasuki berbagai sector kehidupan, termasuk kehidupan politik. TV mulai dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan politik praktis.
Pada 1970-an, sebagai implikasi dari perkembangannya yang cukup pesat, mulai muncul berbagai tanggapan dan kritik, terutama menyangkut efeknya yang luar biasa bagi masyarakat. Marshall McLuhan mengemukakan pandangannya tentang TV. Menurutnya, media televisi telah mampu menggiring masyarakat pada corak berpikir seperti “kaca spion” (rear view). Segala sesuatunya dilihat sebagai realitas yang bukan sesungguhnya.
Perkembangan dan perubahan media televise, baik dalam program maupun dalam peningkatan teknologi baru, akan menawarkan cara-cara baru bagi public dalam pemanfaatan sarana televisi pada masa mendatang. Pada gilirannya, sangat mungkin bila pola konsumsi informasi yang baru ini juga akan berakibat pada pembentukan gaya hidup para pemilik dan penontonnya.
2.1.3        Jurnalistik Foto
Media foto pertama kali ditemukan oleh Joseph Nicephone Niepce yang memulai pekerjaannya di bidang ini pada 1813. Pada awalnya, Niepce masih mencoba-coba dengan menggunakan peralatan tradisional, dan baru pada tiga tahun berikutnya sistem film negatif, seperti apa yang lama digunakan masyarakat kita hingga digunakannya model digital, ia temukan. Jauh sebelum itu, banyak orang yang sudah mencoba melakukan kegiatan dalam bentuk penggunaan suatu alat semacam kamera yang mereka sebut camera obscura. Alat ini digunakan untuk menggambar pemandangan alam. Mereka membuat boks besar, lalu diberi lubang kecil, dan lewat lubang itulah mereka melihat batas-batas alam yang bisa tergambar dalam lukisannya.
Penggunaan foto jurnalistik dalam koran dan majalah mulai berkembang pada 1930-an. Perkembangannya sangat cepat sehingga pada gilirannya teknologi foto dapat mendorong perkembangan media jurnalistik. Foto jurnalistik kemudian tumbuh menjadi suatu konsep dalam sistem komunikasi yang sekarang disebut komunikasi foto (photographic communication).
Dilihat dari sisi fungsinya, menurut Edwin Emery, foto jurnalistik berfungsi untuk menginformasikan (to inform), meyakinkan (to persuade), dan menghibur (to entertain) para pemakai media tersebut. Sedangkan efektivitas penggunaan foto jurnalistik sangat bergantung pada bagaimana foto itu diambil oleh seorang fotografer, ditempatkan dan dikombinasikan secara tepat oleh para editornya dalam media massa yang menjadi salurannya.
2.1.4        Jurnalistik Online
Kehadiran media online pada era globalisasi ini telah menambah perbendaharaan media baru (new media) untuk menolong para pembacanya. Inilah salah satu produk teknologi informasi yang telah berhasil merambah dunia baru melalui jaringan internet. Akses jaringannya yang cepat, murah, dan mudah seolah telah menghipnotis publik untuk bergantung pada media ini, khususnya untuk memperluas jaringan serta referensi bagi para penggunanya. Kebutuhan masyarakat sangat tertolong melalui media online.

2.2  Pengaruh Perkembangan Media terhadap Masyarakat
            Media seperti segala hal yang ada di dunia tentu mengalami perkembangan seiring waktu dan perkembangan teknologi, dari perkembangan teknologi inilah berkembang suatu bentuk komunikasi yaitu komunikasi massa yang notabene menggunakan media massa.
Media massa tentu sedikit banyaknya memberikan pengaruh bagi khalayak, salah satunya yaitu lahirnya budaya massa. Sebelum memahami budaya massa terlebih dahulu harus dipahami pengertian kebudayaan terutama dikaitkan dengan proses komunikasi massa. Menurut soekanto (1989) kebudayaan mencakup semuanya yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari pola-pola perikelakuan yang normatif, yaitu mencakup segala cara-cara atau pola-pola berpikir, merasakan dan bertindak.
Apa akibat dari kehadiran dan kemajuan serta perkembangan komunikasi massa? Khalayak yang heterogen dan tidak kenal satu dengan yang lainnya dipengaruhi oleh kehadiran media maupun terpaan pesan-pesan media yang diproduksi secara besar- besaran melalui media. Arus informasi dari media kepada khalayak cenderung datang bertubi-tubi sehingga kadang-kadang khalayak berubah posisi menjadi suatu masyarakat yang memiliki sifat-sifat massa. Hal ini bisa terlihat dalam keikutsertaan khalayak yang secara tidak sadar mengikuti kehendak umum (public mood). Hal mengikuti pendapat pikiran, perasaan maupun aksi-aksi oleh masyarakat umum secara kurang disadari sebagai akibat komunikasi massa, itulah disebut dengan budaya massa.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa budaya massa merupakan segala sesuatu yang dimiliki oleh setiap orang dalam suatu masyarakat. Pemilikan unsur budaya itu sebagai akibat dari pesan-pesan media massa yang dimanipulasi oleh sang komunikatornya. Pesan-pesan itu dikelola secara professional dan disebarluaskan dengan tingkat frekuensi dan jumlah tertentu dengan teknologi media secara besar-besaran kepada sejumlah besar orang. Hasilnya mereka yang menerima terdorong oleh sikap yang berkadar kesadaran rendah, kurang mengontrol diri sendiri kemudian menerimanya sebagai suatu perilaku tertentu secara bersama-sama.
Menurut Bond (1978: 8), surat kabar dapat memengaruhi publik melalui artikel-artikelnya yang relevan, editorialnya yang lincah atau karikaturnya yang tajam dan menarik. Sedangkan radio biasanya merebut pengaruh para pendengarnya melalui ulasan berita, komentar-komentar ringan, dan wawancara dengan para ahli yang dapat mengemukakan aneka ragam pandangannya. Hampir sama dengan radio, televisi juga memengaruhi para pemirsanya melalui planel-planel, dokumentarisasi, serta wawancara-wawancaranya yang hidup dan menarik. Pada lain sisi, surat kabar dan majalah juga mengharapkan simpati publik melalui rubrik-rubrik yang dikembangkannya berkenaan dengan aspek-aspek kehidupan sehari-hari yang dapat menggugah minat pembaca, baik dalam bentuk berita maupun tulisan yang mengandung unsure human interest.
Media juga memengaruhi perubahan sosial. Menurut Hawley (1978:787 dalam sztompka, 2004:3), bahwa perubahan sosial adalah setiap perubahan yang tak terulang dari sistem sosial sebagai suatu kesatuan. Sesuatu yang baru menyebabkan perubahan dalam masyarakat itu selalu berhubungan dengan difusi inovasi, dalam proses difusi inovasi terjadi kegiatan mengkomunikasikan pengetahuan baru di masyarakat.
Berikut tahapan proses keputusan inovasi:


Perubahan sosial terjadi sebab proses adopsi inovasi dan difusi inovasi. Adopsi inovasi dimulai dari pengenalan terhadap sebuah inovasi, sikap persuasif terbentuk tergantung dari sifat inovasi itu terhadap pribadi seseorang. Tahap persuasif menentukan keputusan seseorang untuk mengadopsi atau menolak inovasi itu, tahap keputusan memberi kepastian terhadap tahap pelaksanaan inovasi. Setiap pilihan dalam tahap keputusan inovasi akan memasuki tahap terakhir yaitu tahap konfirmasi bagi yang mengadopsi inovasi akan mencari alasan termasuk melakukan konfirmasi atas pilihannya, begitupun sebaliknya. Seluruh tahap dalam proses keputusan inovasi itu bergantung pada kecepatan waktu dan konten inovasi itu tersendiri.
Berikut sikap masyarakat terhadap inovasi:
Masyarakat
Postmodern
Modern
Transisi
Tradisional
Inovasi dipandang  sebagai bagian gaya hidup
Inovasi dipandang secara rasional
Mempertimbangkan untung-rugi inovasi
Cenderung menolak inovasi

Keterbukaan masyarakat terhadap inovasi memungkinkan ia mengadopsi inovasi teknologi telematika. Informasi sebelumnya tentang sebuah inovasi menjadi alasan terhadap sikap ia untuk menentukan menolak atau menerima inovasi tersebut.
2.3  Efek Sosial Komunikasi Massa
Seringkali ada nada betapa mendesak secara sosial membicarakan efek media massa, khususnya mengenai masalah-masalah sosial yang penting dan menonjol seperti kenakalan remaja, kekerasan, kejahatan, dan kebejatan moral. Kecemasan sosial ini menyebabkan orang-orang tidak sabar dengan orientasi ilmiah yang lamban, objektif, dan hampa perasaan terhadap masalah-masalah tersebut dan mendorong pencarian pendapat dan pemecahan sosial dengan segera.
Kadang-kadang media massa sendiri dianggap sebagai masalah sosial oleh orang-orang awam dan kritikus sosial. Paul Lazarsfeld dan Robert K. Merton telah mengidentifikasi empat sumber keprihatinan masyarakat terhadap media massa.
Pertama, banyak orang khawatir akan ubiquity (sifat hadir dimana-mana) dari media massa serta kekuatannya yang potensial untuk memanipulasikan orang-orang untuk tujuan yang baik maupun yang buruk. Rata-rata orang merasa bahwa ia sedikit saja atau bahkan tidak mampu mengontrol sama sekali kekuatan ini.
Kedua, sebagian orang merasa takut bahwa kelompok-kelompok dengan kepentingan ekonomi dapat menggunakan media massa untuk menjadi ketundukan masyarakat pada status quo sosial dan ekonomi, sehingga memperkecil kritik sosial dan memperlemah kemampuan khalayak untuk berpikir kritis.
Ketiga, para kritikus memperkirakan bahwa media massa, dalam melayani khalayak luas, dapat menyebabkan kemerosotan cita-rasa estetis dan standar budaya popular. Akhirnya, sebagian orang mengkritik media massa karena menghilangkan sukses sosial yang merupakan jerih payah para pembaharu selama berpuluh tahun.
Misalnya, melalui usaha kumulatif banyak pria dan wanita, orang akhirnya mempunyai jam kerja yang lebih pendek, kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan pendidikan dan jaminan sosial yang menguntungkan. Agaknya, memang ada kondisi yang diperlukan untuk menikmati kesenian, memperoleh pendidikan yang lebih tinggi, mempelajari warisan budaya kita.
Tetapi apa sebenarnya yang dilakukan orang dengan waktu senggang yang mereka peroleh baru-baru ini? Mereka menonton komedi dan berbagai macam pertunjukan musik rock atau country di radio, dan menonton film kejahatan dan kengerian di bioskopnya. Dengan demikian waktu senggang dan penggunaannya menimbulkan “masalah-masalah sosial” baru yang harus dipecahkan.
Selain menimbulkan efek-efek seperti yang dijelaskan diatas, komunikasi massa juga memengaruhi sosialisasi. Sosialisasi adalah proses ketika individu mendapatkan kebudayaan kelompoknya dan menginternalisasikan (sampai tingkat tertentu) norma-norma sosialnya, sehingga membimbing orang itu untuk memperhitungkan harapan-harapan orang lain. Sosialisasi tidak pernah “total” dan terus berlangsung – bergerak sejak masa kanak-kanak sampai usia tua.
Beberapa bagian dalam proses komunikasi yang kompleks dilakukan oleh media massa. Baik secara sengaja maupun tak disadari, individu dalam berbagai tahap kehidupannya mungkin mempelajari norma-norma sosial dari media. Tetapi penting untuk diingat bahwa komunikasi massa hanyalah salah satu sumber sosialisasi untuk anak-anak dan orang dewasa. Jenis data yang bagaimana yang kita perlukan untuk menggambarkan peranan media massa dalam sosialisasi?
Pertama, kita memerlukan data tentang perilaku komunikasi orang-orang dari berbagai tingkat usia. Seperti yang telah kita ketahui, banyak anak-anak yang masih sangat muda sudah menghabiskan banyak waktunya untuk media massa, baik itu sendiri maupun dengan keluarga ataupun teman-temannya. Dalam hal ini, tentu saja media sedikit banyak memengaruhi tingkah lakunya.
Kedua, bukti yang lebih banyak diperlukan tentang penggunaan media (baik secara sengaja maupun secara tidak disadari) sebagai sumber norma-norma sosial. Dalam hal ini, telah banyak orang yang menjadikan media sebagai sumber informasi. Misalnya, beberapa orang percaya bahwa mereka memperoleh resep-resep kehidupan dan memecahkan masalah-masalah pribadi dari program-program radio di siang hari.
Ketiga, kita memerlukan lebih banyak informasi tentang sampai sejauh mana orang-orang menyerap norma-norma sosial dari media massa secara sadar maupun tidak, langsung maupun tidak langsung dari orang-orang lain yang telah memperoleh norma-norma dari media. Misalnya sikap imitasi yang dilakukan oleh seorang fans terhadap idolanya.
Keempat, kita perlu mengetahui lebih banyak lagi mengenai derajat relatif media massa sebagai sumber normatif di antara agen-agen sosialisasi lainnya seperti keluarga, sekolah, dan kawan permainan. Saat ini, banyak yang menjadikan televisi sebagai sumber informasi daripada agen-agen sosialisasi yang lain, karena aktualitasnya

BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1  Simpulan
Simpulan yang dapat diambil dari pembahasan ini adalah sebagai berikut.
1.      Komunikasi massa memiliki 5 ciri penting yang membedakannya dengan komunikasi intrapersonal dan komunikasi interpersonal
2.      Perkembangan media diawali dengan media cetak (surat kabar, majalah, dan buku), lalu dilanjutkan dengan munculnya media elektronik (radio dan televisi), jurnalistik foto, serta media online sebagai new media.
3.      Media massa memengaruhi khalayak dan melahirkan “budaya massa”
4.      Media juga memengaruhi perubahan sosial
5.      Masyarakat dapat menerima atau menolak terhadap suatu inovasi
6.      Komunikasi massa memengaruhi sosialisasi
3.2  Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan makalah ini. Tentunya masih banyak sekali kekurangan yang ada dalam makalah ini, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan serta sempitnya waktu yang dimiliki.

Untuk itu kami berharap banyak kepada para pembaca yang budiman untuk memberikan kritik dan sarannya yang dapat membangun pengetahuan, agar di lain kesempatan kami dapat membuat makalah dengan baik dan benar. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya, serta para pembaca pada umumnya.

No comments:

Post a Comment

Popular Posts