Komunikasi
instrumental mempunyai beberapa tujuan umum: menginformasikan,
mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan,
dan juga menghibur. Bila diringkas, maka ke semua tujuan
tersebut dapat disebut membujuk
(bersifat persuasif Komunikasi yang berfungsi memberitahukan atau menerangkan (to inform)
mengandung muatan persuasif dalam
arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yang
disampaikannya akurat dan layak
diketahui. Ketika seorang dosen menyatakan bahwa ruang kuliah kotor, pernyataannya dapat membujuk mahasiswa untuk
membersihkan ruang kuliah tersebut. Bahkan komunikasi yang menghibur (to
entertain) pun secara tidak langsung membujuk
khalayak untuk melupakan persoalan hidup mereka.
Sebagai
instrumen, komunikasi tidak saja kita gunakan untuk menciptakan dan membangun
hubungan, namun juga untuk menghancurkan hancurkan hubungan tersebut. Studi komunikasi
membuat kita peka terhadap berbagai
strategi yang dapat kita gunakan dalam komunikasi kita untuk bekerja lebih baik dengan orang lain
demi keuntungan bersama. Komunikasi
berfungsi sebagai instrumen untuk
mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek ataupun
tujuan jangka-panjang. Tujuan jangka pendek misalnya untuk memperoleh
pujian, menumbuhkan kesan yang baik,
memperoleh simpati, empati, keuntungan material, ekonomi, dan politik, yang antara lain dapat diraih
lewat pengelolaan kesan (impression
management), yakni taktik-taktik verbal dan nonverbal, seperti
berbicara sopan, mengobral janji, mengenakan pakaian necis, dan sebagainya yang
pada dasarnya untuk menunjukkan kepada
orang lain siapa diri kita seperti
yang kita inginkan. Taktik itu
misalnya lazim dilakukan politikus yang berkampanye politik
Baca Juga: FUNGSI KOMUNIKASI SOSIAL
Sementara
itu, tujuan jangka-panjang dapat diraih lewat keahlian
komunikasi, misalnya keahlian berpidato berunding, berbahasa asing ataupun keahlian
menulis. Kedua tujuan itu tentu saja berkaitan dalam arti bahwa berbagai pengelolaan
kesan itu secara kumulatif dapat
digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang berupa keberhasilan dalam karier, misalnya untuk memperoleh jabatan, kekuasaan, penghormatan sosial,
dan kekayaan. Seperti dikatakan
Thomas Harrell, seorang profesor bidang
bisnis di Stanford University, faktor yang paling sering membuat seseorang itu sukses adalah kesukaan
berbicara. Harrell mengemukakan
bahwa nyatanya para pemimpin besar adalah communicator besar, seraya mengutip pendapat John Callen bahwa hal terpenting bagi seorang Chief Executive
Officer (CEO) sesudah keahliannya
adalah kemampuan berkomunikasi Franklin Delano Roosevelt, Winston Churchill, Martin Luther King, Jr., dan Soekarno
adalah segelintir saja dari sekian banyak pemimpin besar yang juga communicator besar itu.
Suatu survei atas para manajer personalia 175 perusahaan besar di bagian barat Amerika menunjukkan bahwa komunikasi lisan dan komunikasi tulisan menempati urutan pertama dan kedua dari 24 kecakapan terpenting yang mempengaruhi kesuksesan alumni Jurusan Bisnis dalam mendapatkan pekerjaan. Para Chief Operating Officer menunjukkan pegawai dengan perolehan keuntungan perusahaan. Dalam pada itu, pengamatan jangka panjang yang dilakukan Schein atas sejumlah lulusan Massachusetts Institute of Technology (MIT), yang diwawancarai berkali-kali selama lebih dari 15 tahun, membuktikan bahwa komunikasi efektif merupakan salah satu keahlian penting, bahkan boleh jadi yang terpenting, untuk mencapai keberhasilan dan kebahagiaan hidup. Hal ini berlaku pula bagi orang-orang yang amat pandai, yang mempunyai kemampuan teknis yang amat baik, atau bagi para lulusan sekolah bergengsi. Berdasarkan hasil riset nya, Schein menekankan bahwa kemampuan meningkatkan manfaat komunikasi antarpribadi merupakan keahlian istimewa, tidak hanya bagi pengembangan pribadi dan keluarga, namun juga bagi peningkatan karier.
Suatu survei atas para manajer personalia 175 perusahaan besar di bagian barat Amerika menunjukkan bahwa komunikasi lisan dan komunikasi tulisan menempati urutan pertama dan kedua dari 24 kecakapan terpenting yang mempengaruhi kesuksesan alumni Jurusan Bisnis dalam mendapatkan pekerjaan. Para Chief Operating Officer menunjukkan pegawai dengan perolehan keuntungan perusahaan. Dalam pada itu, pengamatan jangka panjang yang dilakukan Schein atas sejumlah lulusan Massachusetts Institute of Technology (MIT), yang diwawancarai berkali-kali selama lebih dari 15 tahun, membuktikan bahwa komunikasi efektif merupakan salah satu keahlian penting, bahkan boleh jadi yang terpenting, untuk mencapai keberhasilan dan kebahagiaan hidup. Hal ini berlaku pula bagi orang-orang yang amat pandai, yang mempunyai kemampuan teknis yang amat baik, atau bagi para lulusan sekolah bergengsi. Berdasarkan hasil riset nya, Schein menekankan bahwa kemampuan meningkatkan manfaat komunikasi antarpribadi merupakan keahlian istimewa, tidak hanya bagi pengembangan pribadi dan keluarga, namun juga bagi peningkatan karier.
Baca Juga: FUNGSI KOMUNIKASI EKSPRESIF
Sebuah
survei lain atas 1000 manajer personalia di Amerika Serikat menunjukkan bahwa tiga keterampilan
terpenting bagi kinerja pekerjaan
menyangkut komunikasi, yaitu berbicara mendengarkan, dan menulis. Keterampilan
-keterampilan tersebut melebihi
pentingnya kecakapan teknis, pengalaman kerja, latar belakang akademik dan rekomendasi Para pelanggan Harvard Business Review menilai kemampuan berkomunikasi sebagai terpenting agar seorang eksekutif dapat
dipromosikan, lebih penting
daripada ambisi, pendidikan dan kapasitas untuk bekerja keras. Riset selama beberapa dekade secara ajeg
menunjukkan bahwa kemampuan
berkomunikasi itu penting bagi para manajer Sementara itu, penelitian
selama 20 tahun yang memantau kemajuan
para pemegang gelar MBA dari Stanford University menunjukkan bahwa lulusan-lulusan yang paling
berhasil (yang diukur dengan
kemajuan karier dan gaji) berbagi ciri-ciri kepribadian yang menandai
communicator yang baik: keinginan membujuk, minat berbicara dan bekerja dengan
orang lain, dan keramahtamahan. Akan
tetapi, keberhasilan profesi lain juga bergantung pada komunikasi yang efektif. Departemen Kepolisian Los Angeles menyebutkan bahwa komunikasi yang buruk
adalah salah satu alasan paling
lazim yang menyebabkan para polisi melakukan kesalahan dalam penembakan.
Setelah dua studi menunjukkan
bahwa para dokter yang punya keterampilan berkomunikasi yang buruk
lebih sering di gugat, sebuah tajuk rencana dalam Journal of the
American Medicial Association mengharapkan
lebih banyak kelas komunikasi bagi para dokter.
Uraian di atas menunjukkan bahwa komunikasi berperan penting untuk mencapai posisi puncak dalam manajemen. Tidak salah bila Kafi Kurnia, seorang pakar pemasaran Indonesia, mengatakan “Rumus sukses terfokus pada komunikasi. Maklum, zaman ini adalah zaman informasi. Dan informasi pula yang menggerakkan perubahan. Komunikasi yang baik melahirkan transparansi. Kita menjadi lebih terbuka, dan cepat belajar dari kesalahan”. Akan tetapi, secara implisit komunikasi juga sebenarnya sama pentingnya dalam karier politik, meskipun penelitian dalam bidang ini tidak seluas dalam bidang bidang bisnis. Kemampuan Amien Rais melakukan komunikasi antarpribadi (yang sering juga disebut melobi, manuver politik, atau bahkan “politik dagang sapi”) dalam Sidang Umum MPR 1999 jelas berperan krusial untuk menjadikan dirinya ketua MPR dan pada gilirannya menjadikan Abdurrahman Wahid (Gus Dur presiden RI yang dipromosikan nya lewat Poros Tengah yang digalang sebelumnya
Uraian di atas menunjukkan bahwa komunikasi berperan penting untuk mencapai posisi puncak dalam manajemen. Tidak salah bila Kafi Kurnia, seorang pakar pemasaran Indonesia, mengatakan “Rumus sukses terfokus pada komunikasi. Maklum, zaman ini adalah zaman informasi. Dan informasi pula yang menggerakkan perubahan. Komunikasi yang baik melahirkan transparansi. Kita menjadi lebih terbuka, dan cepat belajar dari kesalahan”. Akan tetapi, secara implisit komunikasi juga sebenarnya sama pentingnya dalam karier politik, meskipun penelitian dalam bidang ini tidak seluas dalam bidang bidang bisnis. Kemampuan Amien Rais melakukan komunikasi antarpribadi (yang sering juga disebut melobi, manuver politik, atau bahkan “politik dagang sapi”) dalam Sidang Umum MPR 1999 jelas berperan krusial untuk menjadikan dirinya ketua MPR dan pada gilirannya menjadikan Abdurrahman Wahid (Gus Dur presiden RI yang dipromosikan nya lewat Poros Tengah yang digalang sebelumnya
Baca Juga: FUNGSI KOMUNIKASI RITUAL
Kalau
kita perhatikan, peluang Amien Rais untuk menggapai posisi penting dalam
struktur pemerintahan memang amat kecil saat itu, sesuai dengan perolehan suara Partai
Amanat Nasional (PAN) yang
dipimpinnya berdasarkan hasil pemilu 7 Juni 1999 Jumlah suara yang tidak signifikan (di bawah 10%)
itu boleh jadi disebabkan gaya
komunikasi Amien Rais yang sebelumnya ceplas ceplos, terkesan arogan, diselingi hujatan
sana-sini, sehingga menyurutkan
orang-orang yang tadinya bersimpati kepadanya untuk memilih PAN dan akhirnya memberikan suara
mereka ke pada partai lain. Akan
tetapi, Amien Rais cepat mengubah strategi komunikasinya. Justru setelah ia menyadari peluangnya yang kecil untuk menempati posisi kunci dalam pemerintahan, ia
menjadi lebih kalem, lebih santai,
dan lebih bijak dalam berkomunikasi, sementara
ia giat melakukan berbagai pendekatan untuk membangun Poros Tengah dan
mempromosikan Gus Dur sebagai calon presiden.
Ia tidak lagi menghujat ke sana kemari, seperti yang dilakukan sebelumnya.
Ketika skandal Bank Bali ramai dibicarakan, Amien juga tidak
menghujat seorang (pejabat) pun yang diduga
terlibat dalam kasus itu. Titik paling penting tentu saja adalah kesediaannya untuk “merendahkan diri”
di hadapan Gus Dur. Tidak terbayangkan sebelumnya bahwa pemimpin. Muhammadiyah akan berperilaku seperti itu di hadapan
pemimpin NU, dua organisasi besar
Islam yang di kenal “selalu bermusuhan” Gus Dur pun, sebagai
manusia, tentu saja tersentuh mendapatkan perlakuan Amien Rais itu. Perubahan
persepsi Amien Rais terhadap Gus Dur mengubah persepsi Gus Dur terhadap Amien Rais. Maka tidaklah mengherankan bila pencalonan
Amien Rais untuk memperebutkan
kursi ketua MPR akhirnya direstui Gus Dur
yang tidak memenuhi syarat prosedural untuk dicalonkan sebagai calon ketua MPR.
Jelas, lewat komunikasi, para pemimpin politik harus mengemukakan pandangan di hadapan wakil rakyat, pejabat pemerintah, dan wartawan. Pandangan-pandangan mereka tersebut pada gilirannya akan membangun kredibilitas mereka sebagai pemimpin. Dan dilakukan Amien Rais yang membangun kredibilitas politiknya, bukan saja di kalangan partainya sendiri, melainkan di kalangan (anggota-anggota) partai lain, khususnya mereka yang tergabung dalam Poros Tengah, dan bahkan di kalangan pers dan masyarakat umum. Apalagi sebelumnya ia telah punya citra kuat sebagai tokoh reformasi. Reuters (3 Oktober 1997) melukiskan Amien Rais sebagai berikut: “He is very good at working the media” says one Jakarta based Western diplomat. “He knows how to be controversial and how to phrase things in a way that media can use them”. Fenomena keberhasilan politik berkat kemampuan berkomunikasi seperti yang dilakukan Amien Rais itu tidaklah eksklusif. Kredibilitas politik serupa sebenarnya juga telah dibangun melalui komunikasi oleh para pemimpin partai di negara-negara demokratis yang memang pada akhirnya mencapai posisi kunci, seperti John F. Kennedy, Jimmy Carter, Ronald Reagan, dan Bill Clinton (di Amerika Serikat,) juga Margaret Thatcher, John Major, dan Tony Blair (di Inggris).
Mengapa keahlian berkomunikasi membantu memperoleh sukses pekerjaan? Jawabannya sederhana dan logis. Pekerjaan apalagi profesi-profesi yang menuntut tindakan berbicara seperti dosen, guru, manajer, politisi, Public Relations Officer (PRO), salesman, wartawan, atau pengacara, jelas menuntut keahlian berbicara, keahlian berpidato, keahlian bergaul dengan orang lain dan meyakinkan mereka, berunding, dan memimpin rapat pemimpin perusahaan mengakui bahwa keahlian komunikasi menentukan produktivitas perusahaan. Lynn Towns ketika menjadi presiden Chrysler, berujar: “Komunikasi Internal harus diakui sebagai alat penting manajemen yang baik. Ada kebutuhan khusus bagi setiap manajer untuk memahami bahwa komunikasi yang baik adalah cara untuk mencapai tujuan perusahaan; komunikasi adalah cara membangun kerja tim yang lebih baik, komunikasi adalah cara memperoleh uang.
Eksekutif-eksekutif top perusahaan sering harus berbicara di hadapan bawahan dan memotivasi mereka agar bawahan merasa memiliki kebanggaan akan perusahaan tersebut. Mereka juga harus mengemukakan pandangan di hadapan wakil rakyat, pejabat pemerintah, dan wartawan, yang pada gilirannya akan membangun kredibilitasnya sebagai pemimpin. Maka tidak berlebihan bila Lowell Thomas, penjelajah dan komentator beitar terkenal, menekankan pentingnya keterampilan berkomunikasi dengan mengatakan: “Kemampuan berbicara adalah jalan pintas untuk menonjol meninggikannya sehingga kerumunan melihat kepala dan bahunya.”
Jelas, lewat komunikasi, para pemimpin politik harus mengemukakan pandangan di hadapan wakil rakyat, pejabat pemerintah, dan wartawan. Pandangan-pandangan mereka tersebut pada gilirannya akan membangun kredibilitas mereka sebagai pemimpin. Dan dilakukan Amien Rais yang membangun kredibilitas politiknya, bukan saja di kalangan partainya sendiri, melainkan di kalangan (anggota-anggota) partai lain, khususnya mereka yang tergabung dalam Poros Tengah, dan bahkan di kalangan pers dan masyarakat umum. Apalagi sebelumnya ia telah punya citra kuat sebagai tokoh reformasi. Reuters (3 Oktober 1997) melukiskan Amien Rais sebagai berikut: “He is very good at working the media” says one Jakarta based Western diplomat. “He knows how to be controversial and how to phrase things in a way that media can use them”. Fenomena keberhasilan politik berkat kemampuan berkomunikasi seperti yang dilakukan Amien Rais itu tidaklah eksklusif. Kredibilitas politik serupa sebenarnya juga telah dibangun melalui komunikasi oleh para pemimpin partai di negara-negara demokratis yang memang pada akhirnya mencapai posisi kunci, seperti John F. Kennedy, Jimmy Carter, Ronald Reagan, dan Bill Clinton (di Amerika Serikat,) juga Margaret Thatcher, John Major, dan Tony Blair (di Inggris).
Mengapa keahlian berkomunikasi membantu memperoleh sukses pekerjaan? Jawabannya sederhana dan logis. Pekerjaan apalagi profesi-profesi yang menuntut tindakan berbicara seperti dosen, guru, manajer, politisi, Public Relations Officer (PRO), salesman, wartawan, atau pengacara, jelas menuntut keahlian berbicara, keahlian berpidato, keahlian bergaul dengan orang lain dan meyakinkan mereka, berunding, dan memimpin rapat pemimpin perusahaan mengakui bahwa keahlian komunikasi menentukan produktivitas perusahaan. Lynn Towns ketika menjadi presiden Chrysler, berujar: “Komunikasi Internal harus diakui sebagai alat penting manajemen yang baik. Ada kebutuhan khusus bagi setiap manajer untuk memahami bahwa komunikasi yang baik adalah cara untuk mencapai tujuan perusahaan; komunikasi adalah cara membangun kerja tim yang lebih baik, komunikasi adalah cara memperoleh uang.
Eksekutif-eksekutif top perusahaan sering harus berbicara di hadapan bawahan dan memotivasi mereka agar bawahan merasa memiliki kebanggaan akan perusahaan tersebut. Mereka juga harus mengemukakan pandangan di hadapan wakil rakyat, pejabat pemerintah, dan wartawan, yang pada gilirannya akan membangun kredibilitasnya sebagai pemimpin. Maka tidak berlebihan bila Lowell Thomas, penjelajah dan komentator beitar terkenal, menekankan pentingnya keterampilan berkomunikasi dengan mengatakan: “Kemampuan berbicara adalah jalan pintas untuk menonjol meninggikannya sehingga kerumunan melihat kepala dan bahunya.”
Bila di
Amerika Serikat, keahlian berkomunikasi membantu keberhasilan karier dan keberhasilan finansial orang-orang seperti Walter Cronkite, Barbara
Walters (para penyiar berita), Larry King, Oprah Winfrey, dan Ricky Lake (para pengasuh
talk show), di Indonesia pun
keahlian dalam bidang itu sangat menunjang keberhasilan serupa. K.H. Zainuddin MZ, Hermawan Kartajaya,
Gde Prama, Tantowi Yahya, dan Sonny Tulung pada masa mereka masing-masing merupakan contoh aktual.
Walhasil,
meskipun kita dapat membedakan fungsi-fungsi komunikasi itu suatu peristiwa komunikasi sesungguhnya seringkali mempunyai fungsi-fungsi yang tumpang
tindih pun salah satu fungsinya
sangat menonjol dan mendominasi. Perayaan
Idul Fitri oleh kaum Muslim atau perayaan Natal oleh kaum Nasrani di Indonesia misalnya mempunyai keempat
fungsi tadi, yakni: komunikasi
sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi ritual, dan komunikasi instrumental. Fungsi suatu acara televisi pun dapat berlapis-lapis: yang mendidik pun bisa
menghibur, dan yang menghibur pun
bisa mendidik, sekaligus menerangkan, dan secara halus membujuk kita. Menjawab apa fungsi komunikasi dalam kehidupan kita, ternyata sebenarnya terdapat
banyak jawaban. Anda tentu saja
dapat mengkoseptualisasikan dan mengembangkan
pandangan Anda mengenai masalah ini berdasarkan bacaan ataupun pengamatan Anda atas peristiwa-peristiwa komunikasi yang terjadi di sekitar Anda.
No comments:
Post a Comment