Friday, March 18, 2016

NASIONALISME SETENGAH HATI

dasa lukman

Manusia pada hakikatnya mempunyai ciri khas yang unik dan karena keunikannya itu pula manusia berbeda dengan manusia lainnya, bahkan orang yang kembar identik pun memiliki ciri dan karakter yang berbeda. Begitu juga sebuah negara memiliki ciri khas yang berbeda dengan negara lainnya. Apa kabar indonesia dengan jumlah penduduk terbesar dan keanekaragaman budaya bangsa membuat indonesia sangat berbeda dengan negara lainnya. Pertanyaannya apakah dengan adanya perbedaan itu dapat menyatukan kita dalam satu tujuan yang sama? Ataukah pancasila hanya di pandang sebagai simbol dan hanya di pajang di atas dinding sebagai hiasan semata. Sungguh ironi anak muda zaman sekarang jika tidak tahu isi dari pancasila. Sudah saatnya kita kembali kepada jati diri kita sebagai warga bangsa yang cinta tanah air.
Nilai-nilai perjuangan bangsa indonesia dalam merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan mengalami pasang surut sesuai dengan dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara. Sekarang semangat perjuangan bangsa telah mengalami penurunan hingga sampai titik kritis. Walaupun semangat perjungan kita bukan untuk melawan penjajahan baik imperialisme maupun kolonialisme, bangsa kita masih terus berjuang melawan kemiskinan, pengangguran, dan pertarungan antar anak bangsa untuk mencapai kekusan politik. Di samping itu, pengaruh globalisasi, baik dari aspek positif maupun aspek negatif, telah memberi warna tersendiri pada kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.

Baca juga : OPINI TERHADAP MAHASISWA

 
Globalisasi tersebut ditandai dengan kuatnya pengaruh lembaga-lembaga internasional, serta negara maju yang mengatur kehidupan politik dan ekonomi dunia bahkan pada sistem keamanan dunia. Dari aspek ilmu pengetahuan dan teknologi terjadi lompatan yang sangat jauh dengan terus bermunculannya produk dari informasi, komunikasi, transportasi, dan teori-teori baru dalam bidang pendidikan. Kondisi ini telah menciptakan struktur baru, struktur global yang sangat mempengaruhi pola pikir dan mentalitas anak bangsa dalam menghadapi situasi dunia.
Sudah saatnya kita berdiri dan saling menatap dan bertanya pada diri sendiri kemana arah tujuan kita setelah kemerdekaan. Kemana semangat anak bangsa dalam memperjuangkan hak-hak orang yang tertindas, kemana semangat mereka yang memperjuangkan ketidakadilan, kemana arah dan tujan kita yang siap berdemo demi melawan penindasan. Banyak dari kita ingin melakukan hal-hal yang besar dan melupakan hal-hal yang kecil, ingin menangkap ikan yang besar dan melupakan ikan yang kecil, memperjuangkan kehidupan dan melupakan dimana kita hidup. Perlu adanya kesadaran dalam diri kita dengan mulai melakukan  hal yang kecil seperti membuang sampah pada tempatnya.
Jangan dulu ingin menangkap ikan yang besar jika ikan kecil bertebaran, jangan dulu memperjuangakan kehidupan bangsa jika bumi pertiwi di hancurkan. Sudah saatnya kita berbenah diri dengan melakukan hal yang kecil dan berefek besar bagi kehidupan. Di mulai dengan membuang sampah plastik pada tempatnya mari kita rubah citra indonesia yang disebut sebagai negara penghasil sampah plastik nomor dua dunia dengan citra indonesia yang warganya sadar lingkungan. Mari kita bergerak sesuai hati nurani bahwa kita sadar jika merusak tanah air indonesia dengan membuang sampah sembarangan akan menghancurkan generasi muda selanjutnya. Sampah merusak tanah, mengotori sungai, dan danau, mencemari udara dan air tanah, menghancurkan lautan dan seluruh isinya. Sampah juga menghancurkan manusia secara perlahan memberi penyakit mengurangi angka kehidupan.
Jangan sampai citra indonesia rusak dengan disebut sebagai negara pengasil sampah di dunia. Jangan sampai anak cucu kita meminum air yang sudah tercemari limbah, jangan sampai kita lupa bahwa indonesia adalah rumah kita. Sama halnya dengan rumah yang tidak ingin kotor maka indonesia pun juga sama tidak ingin kotor. Membuang sampah sembarangan sama juga membunuh generasi muda secara perlahan. Sisakanlah udara sehat yang bisa di hirup, sisakanlah tanah yang bisa di tumbuhi pohon,  siakanlah air yang dapat diminum, sisakanlah harga diri indonesia dimata dunia.
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap tuhan yang maha esa, berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, disiplin, memiliki etos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif, serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan nasional harus menumbuhkan jiwa patriotik, mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan, kesetiakawanan sosial, kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan dan berorientasi ke masa depan.
Sebagai warga bangsa apakah kita sudah bisa disebut local genius yang bercirikan indonesia, ataukah kita bisa membentuk local wisdom agar kita tunduk pada budaya setempat. Secara aksiologi, bangsa indonesia merupakan pendukung nilai pancasila yang bersumber pada kearifan local (subscriber of values pancasila). Lantas siapakah kita saat ini masyarakat modern yang tergerus oleh arus globalisasi dan melunturkan ideologi kita ataukah bangsa indonesia yang bercirikan pancasila. Bangun kembali nasionalisme dalam diri kita, bangun kembali citra indonesia di mata dunia, bangun kembali kehidupan yang berlandasakan nilai-nilai kearifan local yang tergerus zaman. Jangan lupakan jati diri kita sebagai bangsa indonesia yang mempunyai satu tujuan yang sama yaitu indonesia merdeka, merdeka dari gelapnya kebohongan atas nama kemerdekaan, merdeka dari penindasan kapitalisme dan liberalisme. Dan satu hal lagi yang sedang kita hadapi yaitu merdeka dari jiwa korupsi.

Popular Posts