Wacana tentang ideologi mencuat kembali seiring dengan arus globalisasi yang dianggap mengancam terhadap eksistensi demokrasi. Di tanah air nasib ideologi Pancasila mengalami pasang surut. Ia sempat di sakral kan tapi kemudian dicampakkan. Karena itu pula, Pancasila tidak membumi dalam kehidupan anak bangsa. Pancasila menjadi sukar untuk menjadi living of live dalam kehidupan sehari-hari, karena cara pemerintah dalam menjalankan pemerintahan seakan jauh dari falsafah Pancasila itu sendiri.
Sakral
sasi telah menyebabkan Pancasila seperti benda museum yang berjarak dari
generasi anak bangsa. Akibat itu pula, Pancasila tidak berharga dan dianggap
barang langka yang tidak menarik untuk di aktualisasi kan. Ini terbukti dari
semakin sulitnya mencari generasi muda yang, paling tidak, tahu lima sila
Pancasila.
Jika
di tengah masyarakat yang tidak puas dengan ideologi Pancasila, yang belum
mampu menyejahterakan rakyatnya maka akan muncul sebuah kesadaran baru.
kesadaran baru inilah yang dapat mengancam eksistensi demokrasi Pancasila. Hal
ini terbukti dari banyaknya paham yang bermunculan, salah satunya adalah paham
komunis yang secara diam-diam menggeriap dalam benak generasi muda tentang ketidakpuasan
nya terhadap ideologi Pancasila.
Dalam
sejarahnya indonesia memiliki sisi kelam masa lalu yang menyebabkan konflik
horizontal antar anak bangsa. Sejarah yang mengancam eksistensi Pancasila yang
ingin digantikan oleh paham komunis. inilah kisah kelam indonesia yang tidak
akan pernah terlupakan ketika terjadinya perang antara saudara. Agar sejarah
kelam itu tidak terulang kembali, maka dibuatlah Tap MPRS No 25 Tahun 1966
tentang pelarangan paham komunis di indonesia.
Di
negeri kita selalu menyisihkan sejarah yang kelam, sehingga menyebabkan
terjadinya diskontinuitas sejarah.
Diskontinuitas sejarah merupakan bentuk lain dari kudeta yang
menyiratkan keputusasaan masa lalu dengan masa kini. Kudeta tidak hanya terkait
dengan peralihan kekuasaan secara paksa, tetapi penegasian terhadap segala
simbol kekuasaan sebelumnya. Akibatnya, ia selalu meninggalkan sisi gelap dari
rangkaian babak sejarah.
Baca Juga : KONSEP NEGARA HUKUM YANG DEMOKRATIS
Sampai
saat ini masih terjadi penegasian terhadap kepemimpinan sebelumnya dan menjadi
bukti tidak adanya harmoni antar generasi. Jika melihat bagaimana terbentuknya
indonesia dari semangat anak muda dengan lahirnya budi utomo dan sumpah pemuda sebagai wadah
terciptanya sebuah pemersatu dari berbagai macam perbedaan. Lantas kemana
semangat pemersatu dari berbagai perbedaan itu, mana sikap toleransi yang
sempat menjadi acuan utama dalam perbedaan.
Inilah
yang dibutuhkan indonesia sekarang, perlunya harmonisasi antara generasi muda
dalam menjalankan suatu kepemimpinan agar terciptanya pemerintahan yang baik.
Perlunya visi dari indonesia itu sendiri, bukan visi para pemimpin yang
mengubar janji-janji. Presiden di pilih dan diangkat oleh rakyat maka secara
konstitusi presiden harus tunduk pada rakyat dan berpihak demi kepentingan
rakyat bukan golongan ataupun partai pendukungnya.
Oleh
karena itu salah satu syarat bagi konsolidasi demokrasi adalah adanya landasan
kebangsaan yang mapan dan kuat. Selama ini Pancasila yang merupakan konsensus
dasar (fundamental consesnsus) bagi
eksistensi negri ini sering terdistorsi oleh kepentingan kelompok tertentu,
sehingga menghambat laju konsolidasi demokrasi itu sendiri. Akibatnya,
demokrasi yang hadir di negri ini belum mampu menyentuh sisi substansi
demokrasi sebagai sebuah wahana untuk menyuburkan keragaman tanpa dominasi
apalagi represi.
Saling
menyalahkan dan menonjolkan kepentingan kelompoknya atas nama mayoritas atau
lainnya lebih mengemuka daripada semangat untuk menata kehidupan berbangsa
secara bersama. Negasi lebih di ke depan kan daripada komunikasi. Demarkasi lebih
kuat daripada negosiasi. Dari sini terlihat betapa orientasi kebangsaan yang
mengagungkan kebersamaan dalam keragaman begitu rentan dan rapuh.
Hal
ini membuat saya ingin mengutip perkataannya bung karno yang mengatakan “Perjuangan
ku lebih mudah karena mengusir penjajah, Perjuangan mu akan lebih sulit karena
melawan bangsamu sendiri.” Semoga kita tetap bersatu demi semangat kebangkitan
nasional atas nama Pancasila. Amin.
No comments:
Post a Comment