Friday, May 20, 2016

IDEOLOGI YANG MENGANCAM DEMOKRASI

Dasa Lukman
 



Wacana tentang ideologi mencuat kembali seiring dengan arus globalisasi yang dianggap mengancam terhadap eksistensi demokrasi. Di tanah air nasib ideologi Pancasila mengalami pasang surut. Ia sempat di sakral kan tapi kemudian dicampakkan. Karena itu pula, Pancasila tidak membumi dalam kehidupan anak bangsa. Pancasila menjadi sukar untuk menjadi living of live dalam kehidupan sehari-hari, karena cara pemerintah dalam menjalankan pemerintahan seakan jauh dari falsafah Pancasila itu sendiri.


Sakral sasi telah menyebabkan Pancasila seperti benda museum yang berjarak dari generasi anak bangsa. Akibat itu pula, Pancasila tidak berharga dan dianggap barang langka yang tidak menarik untuk di aktualisasi kan. Ini terbukti dari semakin sulitnya mencari generasi muda yang, paling tidak, tahu lima sila Pancasila.


Jika di tengah masyarakat yang tidak puas dengan ideologi Pancasila, yang belum mampu menyejahterakan rakyatnya maka akan muncul sebuah kesadaran baru. kesadaran baru inilah yang dapat mengancam eksistensi demokrasi Pancasila. Hal ini terbukti dari banyaknya paham yang bermunculan, salah satunya adalah paham komunis yang secara diam-diam menggeriap dalam benak generasi muda tentang ketidakpuasan nya terhadap ideologi Pancasila.


Dalam sejarahnya indonesia memiliki sisi kelam masa lalu yang menyebabkan konflik horizontal antar anak bangsa. Sejarah yang mengancam eksistensi Pancasila yang ingin digantikan oleh paham komunis. inilah kisah kelam indonesia yang tidak akan pernah terlupakan ketika terjadinya perang antara saudara. Agar sejarah kelam itu tidak terulang kembali, maka dibuatlah Tap MPRS No 25 Tahun 1966 tentang pelarangan paham komunis di indonesia.


Di negeri kita selalu menyisihkan sejarah yang kelam, sehingga menyebabkan terjadinya diskontinuitas sejarah.  Diskontinuitas sejarah merupakan bentuk lain dari kudeta yang menyiratkan keputusasaan masa lalu dengan masa kini. Kudeta tidak hanya terkait dengan peralihan kekuasaan secara paksa, tetapi penegasian terhadap segala simbol kekuasaan sebelumnya. Akibatnya, ia selalu meninggalkan sisi gelap dari rangkaian babak sejarah.



Sampai saat ini masih terjadi penegasian terhadap kepemimpinan sebelumnya dan menjadi bukti tidak adanya harmoni antar generasi. Jika melihat bagaimana terbentuknya indonesia dari semangat anak muda dengan lahirnya  budi utomo dan sumpah pemuda sebagai wadah terciptanya sebuah pemersatu dari berbagai macam perbedaan. Lantas kemana semangat pemersatu dari berbagai perbedaan itu, mana sikap toleransi yang sempat menjadi acuan utama dalam perbedaan.


Inilah yang dibutuhkan indonesia sekarang, perlunya harmonisasi antara generasi muda dalam menjalankan suatu kepemimpinan agar terciptanya pemerintahan yang baik. Perlunya visi dari indonesia itu sendiri, bukan visi para pemimpin yang mengubar janji-janji. Presiden di pilih dan diangkat oleh rakyat maka secara konstitusi presiden harus tunduk pada rakyat dan berpihak demi kepentingan rakyat bukan golongan ataupun partai pendukungnya.


Oleh karena itu salah satu syarat bagi konsolidasi demokrasi adalah adanya landasan kebangsaan yang mapan dan kuat. Selama ini Pancasila yang merupakan konsensus dasar (fundamental consesnsus) bagi eksistensi negri ini sering terdistorsi oleh kepentingan kelompok tertentu, sehingga menghambat laju konsolidasi demokrasi itu sendiri. Akibatnya, demokrasi yang hadir di negri ini belum mampu menyentuh sisi substansi demokrasi sebagai sebuah wahana untuk menyuburkan keragaman tanpa dominasi apalagi represi.


Saling menyalahkan dan menonjolkan kepentingan kelompoknya atas nama mayoritas atau lainnya lebih mengemuka daripada semangat untuk menata kehidupan berbangsa secara bersama. Negasi lebih di ke depan kan daripada komunikasi. Demarkasi lebih kuat daripada negosiasi. Dari sini terlihat betapa orientasi kebangsaan yang mengagungkan kebersamaan dalam keragaman begitu rentan dan rapuh.


Hal ini membuat saya ingin mengutip perkataannya bung karno yang mengatakan “Perjuangan ku lebih mudah karena mengusir penjajah, Perjuangan mu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” Semoga kita tetap bersatu demi semangat kebangkitan nasional atas nama Pancasila. Amin.

No comments:

Post a Comment

Popular Posts