Saturday, May 28, 2016

FUNGSI KOMUNIKASI SOSIAL






Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, RW, desa, kota, dan negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama.


Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia bisa dipastikan akan "tersesat," karena ia tidak sempat menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial. Komunikasi lah yang memungkinkan individu membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirkan situasi apa pun yang ia hadapi. Komunikasi pula yang memungkinkannya mempelajari dan menerapkan strategi-strategi adaptif untuk mengatasi situasi situasi problematik yang ia masuki. Tanpa melibatkan diri dalam komunikasi, seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum, berbicara sebagai manusia dan memperlakukan manusia lain secara beradab, karena cara-cara berperilaku tersebut harus dipelajari lewat pengasuhan keluarga dan pergaulan dengan orang lain yang intinya adalah komunikasi.

Baca Juga: Komunikasi Pembentukan Konsep Diri

Anak-anak yang karena kecelakaan, kesengsaraan, atau karena hal lain terisolasi atau terabaikan oleh manusia lainnya, akan tampak liar. Perilaku mereka lebih menyerupai perilaku hewan daripada perilaku manusia. Bahasa mereka sering merupakan suara-suara tidak bermakna seperti teriakan, jeritan, dengkuran,
gerutuan, desahan, dan suara-suara ganjil lainnya Maka Victor, manusia liar asal Aveyron yang dibesarkan serigala, yang hidup akhir abad ke-18, juga makan, minum dan berperilaku seperti pengasuhnya serigala. Sayang, Victor mati muda, sesudah ia ditemukan manusia beradab dan dicoba dididik menjadi manusia
normal seperti kita. Implisit dalam fungsi komunikasi sosial ini adalah fungsi komunikasi kultural. Para ilmuwan sosial mengakui bahwa budaya dan komunikasi itu mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua sisi dari satu mata uang. Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi, dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya. Benar kata Edward T Hall bahwa "budaya adalah komunikasi” dan "komunikasi adalah budaya.”


Pada satu sisi, komunikasi merupakan mekanisme untuk menyosialisasikan norma norma budaya masyarakat, baik secara suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya dari ataupun secara vertikal, dari suatu generasi kepada generasi berikutnya Pada sisi lain, budaya menetapkan norma-norma (komunikasi) yang dianggap sesuai untuk suatu kelompok, misalnya Laki-laki tidak gampang menangis, tidak bermain bone "Anak perempuan tidak bermain pistol-pistolan, pedang-pedangan, atau mobil-mobilan. "Jangan makan dengan tangan kiri” "Jangan melawan orangtua.” ”Duduklah dengan sopan” “Jangan menatap mata atasan," “Bersikaplah ramah kepada tamu” “Jangan membicarakan kebesaran dunia di dalam masjid," dan sebagainya. Budaya ini bahkan mempengaruhi kita setelah kita mati. Pengurusan orang yang meninggal apakah mayatnya dikafani atau dalam peti mati, setelah itu apakah ada tahlilan atau tidak, juga bergantung pada norma norma budaya yang berlaku pada komunitas kita.

Alfred Korzybski menyatakan bahwa kemampuan manusia berkomunikasi menjadikan mereka "pengikat waktu" (time-binder) Pengikatan waktu (time-binding) merujuk pada kemampuan manusia untuk mewariskan pengetahuan dari generasi ke generasi dan dari budaya ke budaya. Manusia tidak perlu memulai setiap generasi sebagai generasi yang baru. Mereka mampu mengambil pengetahuan masa lalu, mengujinya berdasarkan fakta-fakta mutakhir dan meramalkan masa depan. Menurut Korzybski, pengikatan waktu ini jelas merupakan karakteristik yang membedakan manusia dengan bentuk lain kehidupan. Dengan kemampuan tersebut, manusia mampu mengendalikan dan mengubah lingkungan mereka.

Baca Juga: Komunikasi Pernyataan Eksistensi Diri

Kita dapat memperkirakan nilai-nilai yang dianut orang-orang berdasarkan kelompok-kelompok yang mereka masuki. Bila seseorang lama belajar di pesantren kita dapat memperkirakan sikap dan perilakunya, misalnya pengetahuan agamanya relatif, luas penampilannya sederhana, dan lebih rajin beribadah daripada rata-rata Muslim. Kita pun dapat memperkirakan meskipun perkiraan kita tidak selalu benar, sifat dan tindakan politikus, pengusaha, ilmuwan, pramuka, pemusik, preman, homoseksual, dan sebagainya.

Sebagian kesulitan komunikasi berasal dari fakta bahwa kelompok-kelompok budaya atau subkultur dalam suatu budaya mempunyai perangkat norma berlainan. Misalnya, terdapat perbedaan dalam norma norma komunikasi antara kaum militer dengan kaum sipil, kaum abangan dengan kaum santri, kaum konservatif dengan kaum radikal, penduduk kota dengan penduduk desa, warga Nahdlatul Ulama (NU) dengan warga Muhammadiya dan bahkan antara generasi tua dengan generasi muda.

Baca Juga: Komunikasi Untuk Kelangsungan Hidup

 oleh karena fakta atau rangsangan komunikasi yang sama mungkin di persepsi secara berbeda oleh kelompok-kelompok berbeda kultur atau subkultur, kesalahpahaman hampir dapat dihindari. Akan tetapi, ini tidak berarti bahwa berbeda itu buruk. Kematangan dalam budaya ditandai dengan toleransi atas perbedaan. Mengutuk orang lain karena mereka berbeda adalah tanda kebebalan dan kecongkakan.

No comments:

Post a Comment

Popular Posts