Friday, June 3, 2016

Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi


PRINSIP 2:
Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi
Kita tidak dapat tidak berkomunikasi (We cannot nor communicate) Tidak berarti bahwa semua perilaku adalah komunikasi. Alih-alih, komunikasi terjadi bila seseorang memberi makna pada perilaku orang lain atau perilakunya sendiri.

Cobalah Anda minta seseorang untuk tidakberkomunikasi. Amat sulit baginya untuk berbuat demikian, karena setiap perilakunya punya potensi untuk ditafsirkan. Kalau ia tersenyum, ia ditafsirkan bahagia, kalau cemberut, ia ngambek Bahkan ketika kita berdiam diri sekalipun, ketika kita mengundurkan diri dari komunikasi dan lalu menyendiri, sebenarnya kita mengkomunikasikan banyak pesan. orang lain mungkin akan menafsirkan diam kita sebagai malu, segan, ragu-ragu, tidak setuju, tidak peduli, marah, atau bahkan sebagai malas atau bodoh

Bisa jadi, diam juga berarti setuju. Diam kita mungkin ditafsirkan orang sebagai tanda setuju atas suatu situasi yang melibatkan kita, seperti dilukiskan sebuah film berjudul A Man for All Seasons. Diceritakan dalam film itu Sir Thomas More adalah Uskup Besar Centerbury selama pemerintahan Henry VIII. Henry mengharapkan persetujuan More atas perceraiannya dengan sang Ratu agar ia dapat menikahi Anne Boleyn, gundiknya. More tidak menyetujui perceraian itu, namun memilih diam, percaya bahwa kebungkamannya akan memberikan persetujuan implisit dan menyelamatkannya akan kemurkaan Henry, yang biasanya melibatkan algojo. Henry akhirnya memerintahkan algojo memenggal kepala Sir Thomas. Kebungkaman anda mungkin tidak akan membuat kepala Anda terpenggal, namun Anda harus sadar bahwa diam atau bungkam itu menyampaikan pesan yang maknanya mungkin tidak sesuai dengan makna di kepala anda.

Ketika Anda melihat seorang pria yang berdiri di pantai seraya memandang laut lepas dengan melipat kedua tangan di dada. Anda mugkin punya penafsiran khusus terhadap orang itu, misalnya bahwa ia orang yang sedang frustrasi, kesepian, romantis, ingin sendirian dan tidak mau diganggu, mencari ilham untuk menulis puisi, dan sebagainya. Seorang tamu restoran yang makan dan tidak mengucapkan sepatah kata pun kepada orang yang ia temui menampilkan perilaku yang potensial untuk ditafsirkan, misalnya bahwa ia sedang marah, frustrasi, patah hati, sakit gigi atau bisu


No comments:

Post a Comment

Popular Posts