Friday, June 3, 2016

Komunikasi Berlangsung dalam Berbagai Tingkat Kesengajaan.

PRINSIP 4:

Komunikasi Berlangsung dalam Berbagai Tingkat Kesengajaan.

Komunikasi dilakukan dalam berbagai tingkat kesengajaan, dari komunikasi yang tidak disengaja sama sekali (misalnya ketika Anda melamun sementara orang memperhatikan Anda) hingga komunikasi yang benar-benar direncanakan dan disadari (ketika Anda menyampaikan pidato). Kesengajaan bukanlah syarat untuk terjadinya komunikasi. Meskipun kita sama sekali tidak bermaksud menyampaikan pesan kepada orang lain, perilaku kita potensial ditafsirkan orang lain. Kita tidak dapat mengendalikan orang lain untuk menafsirkan atau tidak menafsirkan perilaku kita. Membatasi komunikasi sebagai proses yang disengaja adalah menganggap komunikasi sebagai instrumen, seperti dalam persuasi. 

Dalam berkomunikasi, biasanya kesadaran kita lebih tinggi dalam situasi khusus daripada dalam situasi rutin, misalnya ketika Anda sedang diuji secara lisan oleh dosen Anda atau ketika Anda berdialog dengan orang asing yang berbahasa Inggris dibandingkan dengan ketika Anda bersenda gurau dengan keluarga atau kawan-kawan Anda. Akan tetapi, konsep “kesengajaanini sebenarnya pelik juga. Misalnya, apakah ketika seorang dosen memberikan kuliah “Pengantar Ilmu Komunikasi,” ia betul-betul menyengaja nya, sehingga dari menit ke menit ia tahu persis kata-kata yang akan diucapkannya, intonasi nya, ekspresi wajah, postur tubuh, dan gerak-gerik anggota tubuh yang akan ditampilkannya.

Dalam komunikasi sehari-hari, terkadang kita mengucapkan pesan verbal yang tidak kita sengaja. Namun lebih banyak lagi pesan nonverbal yang kita tunjukkan tanpa kita sengaja. Misalnya, seorang mahasiswa bisa tanpa sengaja bertolak pinggang dengan sebelah lengannya ketika presentasi di hadapan suatu tim dosen, sebagai kompensasi dari kegugupan nya, yang boleh jadi di persepsi oleh tim dosen itu sebagai wujud kegugupan atau kekurangsopanan atau bahkan keangkuhan. Atau, seorang mahasiswi berpakaian ketat sehingga menampakkan lekukan bagian-bagian tertentu tubuhnya ketika ia maju ke depan untuk menyerahkan hasil ujian kepada dosen pengawas, yang diikuti dengan pandangan mata beberapa mahasiswa yang menafsirkan cara ia berpakaian tersebut, misalnya bahwa mahasiswi itu nakal, murahan, berani, malu, penggoda, dan sebagainya. Perilaku nonverbal lainnya, seperti postur tubuh yang tegap, cara berjalan yang mantap ketika menuju podium untuk berpidato, jabatan tangan yang kuat, gerakan tangan yang bebas saat berbicara, kontak mata, dan cara berpakaian yang rapi, boleh jadi tanpa sengaja mengkomunikasikan suatu pesan, rasa percaya diri. Sebaliknya, orang yang jabatannya tangannya lemah, badan membungkuk, kepala menunduk, suara pelan, dan berpakaian kusut dapat di persepsi sebagai orang yang kurang percaya-diri, meskipun belum tentu anggapan itu 100% benar.

Anda boleh saja menghabiskan waktu berhari-hari untuk mempersiapkan pidato dan melatih pidato tersebut di depan cermin atau bahkan dengan meminta komentar teman Anda, agar Anda pada saatnya dipandang orang yang kredibel. Akan tetapi, tangan Anda yang berada di saku, atau berulang-ulang mengetuk-ngetuk podium, atau kaki Anda yang berjalan hilir mudik di panggung atau suara Anda yang terputus-putus, atau mata Anda yang menatap langit-langit atau dinding ruangan ketimbang khalayak, tanpa Anda sadari sebenarnya menyampaikan pesan bahwa Anda agak grogi dalam penyampaian pidato itu. Bukankah pendengar punya hak penuh untuk menafsirkan seluruh perilaku Anda? Anda tidak dapat memperingatkan khalayak untuk mendengarkan hanya kata-kata Anda seraya mengabaikan hal-hal lain yang Anda lakukan selain berbicara. Tidak berarti bahwa semua perilaku otomatis menyampaikan pesan. Akan tetapi, setiap perilaku mungkin menyampaikan pesan. Komunikasi telah terjadi bila penafsiran telah berlangsung, terlepas dari apakah Anda menyengaja perilaku tersebut atau tidak

Kadang-kadang komunikasi yang disengaja dibuat tampak tidak disengaja. Banyak pengacara menganjurkan klien mereka untuk berpakaian dengan cara tertentu di ruang pengadilan. Misalnya, dalam suatu pengadilan di Amerika Serikat, Patty Hearst mengenakan pakaian tua dan konservatif, yang meliputi blus yang besar dan longgar, sesuai dengan perintah pengacaranya F. Lee Bailey. Pakaian tua digunakan untuk melunakkan fakta bahwa ia kaya, dan blus yang kebesaran digunakan untuk memberikan kesan bahwa berat badannya melorot untuk menumbuhkan simpati para juri.

Jadi, niat atau kesengajaan bukanlah syarat mutlak bagi seseorang untuk berkomunikasi. Dalam komunikasi antara orang-orang berbeda budaya ketidak sengajaan berkomunikasi ini lebih relevan lagi untuk kita perhatikan. Banyak kesalahpahaman antarbudaya sebenarnya disebabkan oleh perilaku seseorang yang tidak disengaja yang di persepsi, ditafsirkan dan di respons oleh orang dari budaya lain. Tindakan memperlihatkan sol sepatu di Korea, atau menyentuh wanita di Arab Saudi yang diperkenalkan kepada Anda, yang sebenarnya tidak Anda sengaja, dapat menyampaikan pesan negatif yang menghambat pertemuan tersebut

No comments:

Post a Comment

Popular Posts