Seperti
model pesawat terbang, model komunikasi kurang lebih adalah replika, kebanyakan
sebagai model diagrammatic, dari dunia nyata. Oleh karena komunikasi bersifat
dinamis, sebenarnya komunikasi sulit dimodelkan. Akan tetapi, seperti
disarankan, penggunaan model untuk mengidentifikasi unsur-unsur tersebut
berhubungan.
Sejauh
ini terdapat ratusan model komunikasi yang telah dibuat para pakar. Kekhasan
suatu model komunikasi juga dipengaruhi oleh latar belakang keilmuan (pembuat)
model tersebut, paradigma yang digunakan, kondisi teknologi, dan semangat zaman
yang melingkupinya. Kita akan membahas sebagian kecil saja dari sekian banyak
model komunikasi tersebut, khususnya model-model yang sangat populer.
Model S-R
Model
stimulus-respons (S-R) adalah model komunikasi paling dasar. Model ini
dipengaruhi oleh disiplin psikologi, khususnya yang beraliran behavioristik.
Model tersebut menggambarkan hubungan stimulus-respons.
Model
ini menunjukkan komunikasi sebagai proses aksi-reaksi yang sangat sederhana.
Bila seorang lelaki berkedip kepada seorang wanita, dan kemudian wanita itu
tersipu malu, atau bila saya tersenyum dan kemudian Anda membalas senyuman saya
itulah pola S-R. jadi model S-R mengasumsikan bahwa kata-kata verbal
(lisan-tulisan), isyarat-isyarat nonverbal, gambar-gambar, dan
tindakan-tindakan tertentu akan merangsang orang lain untuk memberikan respons
dengan cara tertentu. Oleh karena itu Anda dapat menganggap proses ini sebagai
pertukaran atau timbal-balik dan mempunyai banyak efek, setiap efek dapat
mengubah tindakan komunikasi (communication
act) berikutnya.
Sebagai
contoh, ketika seseorang yang Anda kagumi menarik perhatian Anda tersenyum
kepada Anda ketika berpapasan dijalan, boleh jadi Anda akan membalas
senyumannya, karena Anda merasa senang. Pada gilirannya merasa mendapatkan
sambutan, orang tadi bertanya kepada Anda, “Mau ke mana?” lalu Anda menjawab,
“Mau kuliah.” Ia pun melambaikan tangan ketika berpisah, dan Anda membalas
dengan lambaian tangan pula. Di kampus, masih mengenang peristiwa sebelumnya
yang menyenangkan, Anda juga tersenyum-senyum kepada orang lain dan mendapatkan
tanggapan dari teman Anda “Kok kamu tampak bahagia sekali, sih” begitulah
seterusnya.
Pola S-R ini dapat pula berlangsung negatf, mislnya orang
pertama menatap orang kedua dengan tajam, dan orang kedua balik menatap,
nenunduk malu, memalingkan wajah, atau membenetak, “Apa lihat-lihat?” nantang
ya?” atau orang pertama melotot dan orang kedua ketakutan.
Model S-R mengabaiakan komunikasi sebagai suatu proses,
khususnya yang berkenaan dengan faktor manusia. Secara implisit ada asumsi
dalam model S-R hanya berlaku (respons) manusia dapat diramalkan. Ringkasnya,
komunikasi dianggap statis; manusia dianggap
berperilaku karena kekuatan dari luar (stimulus), bukan berdasarkan
kehendak, keinginan, atau kemauan bebasnya. Model ini lebih sesuai bila
diterapkan pada sistem pengendalian suhau udara alih-alih pada perilaku manusia
No comments:
Post a Comment